Selasa, 14 Desember 2010

Islah Atau Rekonsiliasi dan Khitta Perjuangan atau Nilai Dasar Perjuangan ?

Fajar Zulkarnaen dan Syahrul Efendi Dasopang pernah melakukan perbuatan baik bagi Himpunan Mahasiswa Islam, Nota Islah mereka tandatangani di Kongres ke-26 di Palembang. Disaksikan Wapres JK, dan dihadapan ribuan peserta Kongres, mereka mengucap syukur atas islah itu. Islah yang sebelumnya dinanti banyak orang akhirnya terwujud setelah sebulan sebelumnya mereka mengikuti Training ESQ di Menara 165 yang langsung dipandu Ary Ginanjar. (baca : http://hmi-malang.blogspot.com/2008/08/sebulan-setelah-training-esq-akhirnya.html). Itu dilakukan pada bulan Juni 2008 di Palembang.

Pada kesempatan berbeda penegasan muncul dari Syahrul Efendi Dasopang. Di Gedung Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta mengatakan bahwa ini adalah islah dan bukan penggabungan organisasi. Dan Menurutnya bahwa perdamaian ini bertujuan untuk memperbaiki moral bangsa yang tengah terpuruk dan ajakan moral agar lebih dewasa. (sumber : http://www.detiknews.com/read/2008/07/31/125110/980602/10/islah-hmi-dipo-hmi-mpo-tetap-organisasi-terpisah).


Waktu terus berjalan, sementara itu Arif Mustofa yang melanjutkan amanah kepemimpinan HMI DIPO terus berupaya mendorong proses islah. Hal ini diungkapkannya disela-sela Halal Bil Halal dan HUT KAHMI ke 42 di Istana Bogor bulan Oktober 2008. Dia juga berharap bahwa peristiwa Palembang bukan sekedar basa-basi politik semata. (sumber : http://hminews.com/news/pb-hmi-dipo-akan-dorong-terus-proses-islah/)

Banyak hal yang membuat HMI DIPO dan HMI MPO adalah sama. Banyak orang yang telah berbuat untuk kemajuan dan eksistensi HMI secara keseluruhan. Genderang telah ditabuh oleh mereka yang telah banyak berbuat. Ini tabuhan genderang perang. Ini perang melawan ego dan kepentingan kelompok yang kita tahu sebenarnya tidak terlalu besar. Dan sebenarnya pula jika kita sadari bahwa kepentingan itu memanfaatkan popularitas dan eksistensi cabang-cabangnya dan susunan keorganisasian dibawahnya. Dan jika kita tahu serta kita sadari pula manakala kepentingan segelintir orang itu telah diperoleh, apakah akan berimbas banyak terhadap popularitas dan eksistensi daerah itu sendiri. Inilah saatnya kita mengakhiri segala perselisihan, perdebatan dan keegoan yang entah menghasilkan apa buat kemaslahatan Mahasiswa Islam.

Bukan bermaksud lupa sejarah, tidak menghargai perjuangan dan penghormatan atas masa lalu. Tapi hakikat sesungguhnya sebagai Insan Ulil Albab, kita adalah contoh yang selalu dipandang dan dielu-elukan masyarakat sebagai kaum intelektual. Kaum yang mengerti dan memahami akan persoalan bangsa ini. Kaum yang diharapkan kedepan mampu memberikan solusi terbaik atas kemajuan bangsa ini. Siapa lagi jika bukan kita Mahasiswa Islam Indonesia. Akan sampai kapan kita menyerahkan urusan negeri kita sendiri kepada bangsa asing yang masih mendominasi kepentingan kita. Kapan kita akan mandiri dan sejahtera jika kita tak mampu bersatu secara utuh. Akan tertapi terlalu tinggi kita berangan-angan untuk memperbaiki negeri ini jika kita masih tak mampu memperbaiki wadah kita sendiri terlebih dahulu.

Mari kita mulai dari Himpunan Mahasiswa Islam. Tawaran persatuan ini bukan omong kosong atau sekedar apologi belaka, inilah pertimbangannya :
  1.  Saat tahun 1986 Himpunan Mahasiswa Islam terpecah menjadi 2 bagian besar, yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan DIPO dan MPO. Bukti dan kesaksian secara jelas terurai. Tinggal pengakuan atas kebanaran atau kesalahankah yang dilakukan pada saat itu menjadi polemik hingga saat ini. Gengsi dan ego kemudian menjadi tiara dimasing-masing kelompok yang padahal itu lebih mengarah kepelemahan organisasi masing-masing. Akankah kita mau selamanya selalu dilemahkan oleh kelompok-kelompok kepentingan lain,sementara kita bukanlah salah satu dari mereka ditahun 1986 ?
  2. Organisasi Kemahasiswaan terbesar di Indonesia merupakan pengaruh besar pula akan kontrol sosial arah negara ini, sejak 1986 kurang diperhitungkan kelompok lain karena mudahnya di pecah belah. Bukti nyata dan ini juga perlu kesadaran kita untuk mengakuinya, bahwa setiap individu kader yang tidak mendapat bagian dari kepentingan pribadi akan berpindah kekelompok "sebelah". Ini kemudian yang memunculkan rivalitas berlebihan dan sentimentil yang selanjutnya memicu berbagai macam polemik. Akankah selamanya kita seperti ini ?
  3. Itu saat lampau. Saat ini adalah warisan dari masa lampau bukan ? Hari-hari kita dalam keorganisasian kebanyakan hanya diisi dengan bahasan yang tidak berkualitas, yakni upaya mendoktrin kader untuk memojokan organisasi lain, membicarakan kelemahan dan keburukan personal pengurus organisasi lain itu, bahkan cenderung "mencuci" otak kader dengan masukan-masukan adu domba. Dimana letak manfaat kegiatan ini sementara masih banyak hal-hal yang lebih penting dan menyangkut kepentingan orang banyak lupa kita bicarakan ?
  4. Saat ini adalah menentukan saat mendatang sebagaimana masa lampau telah menetukan saat ini bagi kita. Ini adalah solusi terbaik yang coba kami tawarkan dari HMI MPO Cabang Paser. Bersatu untuk menyatukan HMI secara Nasional. Walaupun kami menyadari kami bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa. Tapi kami yakin perubahan itu berawal dari yang kecil. Dan kami meyakini bahwa HMI akan bersatu secara utuh manakala setiap individu kader menyadari keterpurukan HMI saat ini akibat dari politik adu domba.
  5. Secara umum dapat kita lihat bahwa ini juga merupakan arah kepentingan. Namun kepentingan yang seperti apa yang sedang kami perjuangkan kami yakin dapat terlihat secara jelas dan gamblang. Sebab kami tak akan berbicara moral bangsa saat ego kita tak mampu kita kendalikan. Hilangkan rasa takut akan cibiran, tekanan, hambatan bahkan mungkin resiko yang lebih besar yang akan kita hadapi dalam penyatuan ini, tapi lebih takutlah akan kehilangan rasa persaudaraan antar sesama Mahasiswa Islam, dan kondisi ini sengaja diciptakan untuk mengurangi kekuatan HMI sesungguhnya.
  6. Pertanyaan akhir sebagai bahan timbang pengambilan keputusan kita besama adalah, akankah HMI akan bersatu dan besar atau akan seperti ini selamanya hingga kita mewariskan hal yang sama yang kita peroleh dari warisan masa lalu yang berarti kita semua gagal melakukan perubahan HMI yang lebih baik ?
Konsep ini sederhana bukan ? Dan bersatunya kita akan menciptakan sejarah baru bagi HMI satu, sepuluh, seratus bahkan mungkin seabad kedepan.

SEMAKIN BANYAK CABANG-CABANG HMI (DIPO-MPO) YANG MENGAWALI PENYATUAN, MAKA AKAN MENCIPTAKAN TEKANAN YANG LEBIH BESAR PULA KEPADA KEPENGURUSAN YANG LEBIH TINGGI. JIKA TIDAK DIMULAI DARI ATAS, MAKA KITA MULAI DARI BAWAH. (ini kuncinya). MASIH BELUM MUAKKAH KITA DENGAN KETERPECAH BELAHAN..??????????????

by
HMI MPO CABANG PASER

ARIS SUGIARTO (Ketua Umum)
JAROT SURYANTO (Sekretaris Umum)
DEWI SARTIKA (Bendahara Umum)
M. SAUBAN (Kabid. Kader)
IRMA ADY ARMANI (Kabid. PAO)
IMRAN (Kabid. External)
A. RIZALIL (Kabid. Wacana)

2 komentar:

  1. Masalahnya tdk sesederhana itu. Justru penyatuan HMI akan merusak sistem, budaya, perkaderan, dan idealisme perjuangan HMI MPO. Anda sy yakin orang baru di HMI MPO, dan tidak pernah terlibat dalam masalah HMI selama ini. Maka dari itu, Anda perlu banyak bertanya dan membaca sejarah HMI.

    BalasHapus
  2. Sejarah HMI yang versi mana bang Alto ? Kedua-duanya memang belum ? Dan apakah pernah terjadi pertemuan HMI MPO dan DIPO yang kemudian menyepakati sejarah itu ? Dan jangan kemudian kita selalu klaim bahwa pendapat kita dari sumber versi kita yang hanya dari warisanlah yang kemudian kita menjadi buta mata sebelah. Berfikir lebih objektif sedikit untuk selanjutnya mencerna apa yang terjadi disekeliling kita. Persoalan baru atau lama dimana bedanya manakala yang lama tak mampu berbuat apapun untuk kebaikan dan sejarah baru demi kebersamaan yang dicita-citakan pendahulu. Pernah tidak pendahalu kita yang juga adalah merupakan sejarah HMI mewariskan budaya perpecahaan yang akan Saudara Alto Wariskan ke generasi setelah anda ? Ini bukan pula persoalan berfikir pragmatis bung ?

    BalasHapus