Selasa, 07 Desember 2010

Dualisme, Cabang Paser Akan Buat Sejarah Baru

Sejarah bangsa ini membuktikan. Sejarah negeri ini kemudian berbicara. Falsafah persastuan dan kesatuan negara ini makin terkoyak. Semboyan Patih Gajah Mada sebagian besar tak lagi merasuk dalam patriotisme penerus bangsa ini. Mungkin inilah kata yang pantas untuk mengungkapkan kondisi pemuda Indonesia sekarang. Apakah ada yang menolak fakta bahwa pemuda dari berbagai etnis, asal dan usul yang memerdekakan bangsa ini mengajarkan pentingnya pesatuan seperti istilah "bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh". Jong Java, Jong Celebes, Jong Ambon, Jong Sumatera dan "jong-jong" lainnya berkumpul untuk bersatu. Mereka semua pelaku sejarah dan mengajarkan kita untuk pula mencetak sejarah persatuan dan kesatuan.

Sejarah pula yang mengatakan lain. Era tahun 1985-an sejarah kembali tertoreh. Himpuan Mahasiswa Islam bermula. Organisasi kampus terbesar di Indonesia ini terpecah menjadi dua bagian. Undang-undang yang nota bene aturan hukum dan melindungi rakyatnyalah yang melatarbelakanginya. Azas tunggal Pancasila menjadi kontroversi. Sebagian dari mereka berkata "bung, ini untuk melindungi keberlangsungan organisasi, dan kita tunduk pada pemerintah. Sebab di Negeri inilah kita tumbuh dan berkembangnya organisasi. (Ulil Amri)".. Alasan ini cukup riil meski harus (maaf) "menggadaikan" idealisme demi iming-iming kepentingan petinggi organisasi (entah siapa waktu itu sebab kami bukan pelaku sejarah) oleh pemerintah saat itu. Sebagian lagi berkata "idealisme kami bukan untuk diperjual-belikan. Kami tidak menolak azas Pancasila. Tapi apakah cara penerapannya sudah sesuai dengan makna Pancasila itu sendiri yang memberikan kebebasan bangsanya untuk berdemokrasi. Jadi kami tolak azas tunggal Pancasila sebagai satu-satunya azas organisasi di Indonesia". Alasan ini juga masuk akal. Sebab Pancasila tidak mengajarkan kita untuk melakukan hal-hal yang membuat tidak saling menghormati dan menghargai.

Jadilah keduanya berjalan dengan caranya. HMI yang mengikuti kemauan Pemerintah berkembang dengan segenap fasilitas dan kemudahan yang diberikan Pemerintah sekaligus sebagai sebuah gerakan "pro" pemerintah. HMI yang menolak azas tunggal kemudin mengklaim sebagai Penyelamat Organisasi justru berasal dari kota-kota dimana HMI itu dilahirkan oleh Lafran Pane cs, Yogyakarta, berjalan dengan berbagai kesulitan dan hambatan. Mereka membentuk Majelis dan tetap memperjuangkan kepentingan idealisme kepentingan ummat. Gerakan bawah tanah (under ground) mereka banyak membawa mereka sendiri ke bui. Siapa yang menolak kenyataan bahwa pada era tahun itu yang berani menolak kekuasaan penguasa akan terintimidasi. Justru mereka sebenarnya adalah orang-orang cerdas yang mampu mengkonsep sebuah negara Indonesia menuju berkeadilan dan berkemakmuran tanpa mengandalkan bantuan  manapun. Dan bukan justru untuk mendirikan negara Islam seperti yang difitnahkan kepada mereka. 

Sejarah kembali tercipta saat rutuhnya Orde Baru. Demonstrasi di berbagai daerah di Indonesai menolak kekuasaan Penguasa. Salah satunya yang menjadi momentum penting bagi HMI MPO adalah ketika Gedung DPR/MPR RI diduduki oleh Mahasiswa. HMI MPO adalah salah satu Himpunan Mahasiswa yang menjadi inisiator dan tergabung dalam Aktivis '98.

Sejak itu, HMI MPO kembali muncul di permukaan dan diperkuat lagi dengan di cabutnya aturan azas tunggal oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tahun 2002. Bersamaan itu pula HMI yang tadinya menganut azas Pancasila kembali menganut azas Islam. Isu Rekonsiliasi atau bahasa kerennya orang menyebut islah muncul dari banyak alumni yang prihatin dan peduli kepada Himpunan Mahasiswa terbesar dan mencetak banyak orang-orang "pandai" dan cerdas. Kelucuan pun muncul. HMI yang telah berkembang besar berkat segala fasilitas dan kemudahan dari rezim orde baru menyatakan hanya merekalah HMI yang sebenarnya dan sah. Sementara HMI MPO yang merasa perjuangan dan pergerakan merekalah yang sesungguhnya merupakan perjuangan sejati serta sebagai "ibu" dari HMI bersikukuh mempertahankan idealisme harus mendapat tempat lebih unggul.

Tak jauh berbeda dengan itu, Komite Nasional Pemuda Indonesai (KNPI), sebuah wadah cetakan pemerintah untuk menaungi keberadaan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda sebagai wadah berhimpun juga pecah. Dualisme pun terjadi diwadah ini. Apapun motifnya, kenyataannya bahwa KNPI sebagai wadah pun tak mampu mempertahankan eksistensi wadah itu sendiri. Akan seperti apa kedepan wajah pemuda negeri ini manakala sang ibu tak lagi dihargai dan dihormati, manakala sang ayah tak mampu lagi mempertahankan eratnya ikatan kesatuan dan persatuan pemuda bangsa ini.

Kenyataan ini menggugah kita semua bahwa sebenarnya kita sedang dalam kondisi perlu perbaikan. Coba hilangkan semua ego pribadi dan kelompok. Secara logika kita berfikir, tidakkah kita sedang dimanfaatkan oleh kepentingan yang lebih besar, sementara kita didaerah hanya sibuk memikirkan bagaiamana kita harus menjegal saudara kita sendiri dan ditataran kepentingan elite, mereka memiliki kans untuk memetik buah eksistensi kita didaerah dengan mengkalim bahwa mereka memiliki konstituen yang dapat diandalkan.

Seandainya kita bisa berbuat dan menciptakan sejarah baru. Persatuan dan kesatuan yang dibangun dari daerah sangatlah kuat untuk mendorong kepentingan yang lebih besar di tingkat elite. Melalui momentum Hari Jadi Himpunan Mahasiswa Islam 5 Pebruari 2010, mari jadikan ini tonggak sejarah baru. Mari kita besifat jantan untuk mengakui bahwa yang salah adalah salah dan bersiap memperbaikinya serta yang benar adalah benar dan bersiap membangunnya menjadi lebih besar.

Himpunan Mahasiswa Islam MPO Cabang Paser bersiap membuat sejarah baru di tubuh HMI. Melalui Cabang Paser ini pulalah kami akan membawa amanah persatuan dan kesatuan ini ketingkat yang lebih tinggi. Dengan keyakinan bahwa setiap usaha akan sampai. YAKUSA..

by
ARIS SUGIARTO
Ketum Cabang Paser

2 komentar:

  1. ini paser kalimantan timur kan

    BalasHapus
  2. Iya Benar Mas Nur Rachmansyah, Kalimantan Timur nih.. Mas Nur Rachmansyah dari mana nih..??

    BalasHapus