Minggu, 14 November 2010

SDA : Rakyat Miskin = Sama

Ada kegamangan di Pasal 33 (3) UUD 1945 pada penerapannya saat ini. Bagaimana tidak bunyi yang sebenarnya "bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuassaoi oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat" kini seolah berubah menjadi "bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh siapa dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran siapa". Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Minerba seperti dilansir Situs berita online Inilah.com (7/4) yang sudah memuat model liberal, tapi karena pesanan pihak asing akan semakin diliberalkan lagi. Terbukti dengan adanya klausul yang sudah mematok kontrak 30 tahun akan diperpanjang lagi menjadi 50 tahun kontrak. Gila.. Perusahaan asal Perancis, Eramet pemicunya. Gara-gara blok tambang di Halmahera yang kita tahu memiliki Sumber Daya Alam yang luar biasa akan dikuras mereka dengan catatan bahwa konsesi mereka harus berumur 50 tahun.

Dari semua yang sudah terjadi sejak Orde Baru, Reformasi hingga sekarang, sepertinya para pengelola Negeri ini benar-benar tidak begitu memahami kondisi riil masyarakatnya. Kebiasaan buruk acapkali jadi budaya, dengan terjun kelapangan yang telah dipersiapkan segala sesuatunya terlebih dahulu. Kembali ke azas "ABS (Asal Bapak Senang)" ketika mata mereka para pejabat hanya melihat, merasakan dan menikmati yang kondisinya memang sudah baik. Tanpa melihat secara objektif. Coba lihat dengan benar dan sebenarnya. 
Pertanyaan penting yang harus dijawab para pemangku kebijakan negeri ini bidang Sumber Daya Alam. Sudah punya apa sih Indonesia dengan banyaknya Sumber Daya Alam yang dikelola Asing, yang konon  kisahnya menjadi pendapatan unggulan, yang kabarnya menjadi produk primadona, yang emasnya, minyaknya, besinya, batu baranya, dan lain-lainya. Rakyat miskin tetap saja miskin.

Tantangan buat yang merasa tidak akan mewariskan kemiskinan pada anak dan cucunya dengan menciptakan bom waktu bencana. Sekali-kali jalan-jalanlah di kampung-kampung disekitar perusahaan asing, tapi jangan dipersiapkan siapa-siapa dulu sebelumnya. Terserah saja mau pilih perusahaan yang mana. Emas, Besi, Batu Bara, Nikel. Tantangan seperti ini sangat perlu mendapat jawaban bagi mereka-mereka yang benar-benar ingin perbaikan negeri ini.


Sederhanya bahwa Negeri ini kedepan tidak mewariskan aset buruk pada anak dan cucunya. Global Warming jangan hanya jadi slogan semata. Jangan dikira Merapi meletus itu andil alam semata, tapi itu peringatan nyata bagi orang yang mengetahui.

Sadarlah kita semua. Jangan kita dibodohkan dengan kekayaan sementara saudara kita masih miskin. Jangan kita senang merasa disanjung karena kekayaan kita sementara kita tahu sedang di adu domba oleh kaum kolonialis dan kapitalis asing. Belanda masih memberikan kehidupan selama 350 tahun masa penjajahanya di Negeri ini. Tapi penjajah ekonomi yang ada sekarang ini akan mewariskan bencana bagi kita, dan lebih paranya lagi mereka akan memiskinkan kita secara permanent. Kita buktikan itu 20 tahun yang akan datang jika kebijakan pemerintah kita tetap seperti ini atau bahkan lebih parah daripada sekarang ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar